Jumat, 03 Juli 2009

Kondisi ekonomi daerah secara umum dapat ditunjukkan oleh angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Investasi, Inflasi, pajak dan retribusi, pinjaman dan pelayanan bidang ekonomi. Besaran nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini secara nyata mampu memberikan gambaran mengenai nilai tambah bruto yang dihasilkan unit-unit produksi pada suatu daerah dalam periode tertentu. Lebih jauh, perkembangan besaran nilai PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu daerah, atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin melalui pertumbuhan nilai PDRB.

Berdasarkan data BPS Pekanbaru, perkembangan perekonomian kota Pekanbaru tahun 2001-2004 menunjukkan angka pertumbuhan yang cukup positif, masing-masing sebesar 10.74 persen (2001), 9.78 persen (2002), 10.87 persen (2003) dan 12.22 persen (2004).

Secara umum peranan sektoral perekonomian kota Pekanbaru pada tahun 2001-2004 rata-rata didominasi oleh sektor tersier, kemudian diikuti oleh sektor sekunder. Besarnya peranan sektor tersier tersebut disumbang oleh (i) sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (19.27 persen), (ii) sektor peangkutan dan komunikasi (14.04 persen), (iii) sektor jasa-jasa (9,30 persen), dan (iv) sektor perdagangan, hotel dan restoran (8.25 persen). Adapun peranan sektor sekunder terutama disumbang oleh sektor konstruksi (14.26 persen).

Perkembangan sektor tersier di kota Pekanbaru dalam beberapa tahun terakhir tampaknya semakin dominan apabila dibandingkan dengan dua sektor lainnya (primer dan sekunder), baik dilihat dari sisi peranan maupun pertumbuhannya, Dengan demikian, berbagai aktivitas yang ada dalam sektor tersier kedepan tampaknya akan memiliki trend yang cukup prospektif. Selain itu, adanya perkembangan kondisi perekonomian tersebut tentunya akan menimbulkan suatu tantangan untuk dapat memposisikan kota Pekanbaru sebagai kota yang benar-benar mampu memberikan suatu kondisi lingkungan yang tidak hanya kondusif namun juga kompetitif bagi perkembangan kota itu sendiri ketika harus dihadapkan pada perkembangan kota-kota lainnya, baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri, terutama negara-negara yang berada di wilayah segitiga pertumbuhan (Growth Triangle Zone) SIJORI.

Perkembangan sektor ekonomi berdampak langsung terhadap peningkatan PDRB dan nilai PDRB perkapita yang pada hakekatnya menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat. Data empat tahun terakhir menunjukkan adanya tren peningkatan kemampuan daya beli masyarakat Kota Pekanbaru.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari adanya perkembangan beberapa indikator perekonomian Kota Pekanbaru sebagaimana diuraikan diatas adalah perkembangan perekonomian Kota Pekanbaru pada saat ini terutama dipengaruhi oleh sektor sekunder, dalam hal ini konstruksi. Namun kedepan perkembangan kota dipekirakan akan lebih dipengaruhi oleh sektor tersier yang meliputi bidang perdagangan dan jasa. Hal ini selaras dengan keterbatasan Kota Pekanbaru akan sumberdaya alam, baik yang terperbaharui (renewable natural resources) mauapun tidak terperbaharui (unrenewable natural resources). Namun Kota Pekanbaru mempunyai lokasi yang strategis, sebagai centre bagi daerah sekitarnya yang merupakan daerah penghasil minyak bumi, perkebunan kelapa sawit dan lain-lain yangbernilai ekonomi tinggi. Selanjutnya untuk mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonominya, Kota Pekanbaru harus dapat berkembang menjadi kota yang mempunyai kemampuan menyediakan jasa dan pelayanan yang optimal dengan biaya yang relatif murah, sehingga mampu bersaing dengan kota-kota lain yang juga akan berkembang ditingkat lokal maupun regional.